Secara nasional perkembangan perekonomian dewasa ini cenderung kurang siginpikan. Hampir di semua daerah mengalami kelesuan. Hal itu terjadi dampak dari krisis moneter yang berkepanjangan. Beberapa tahun kebelakang banyak perusahaan yang terpaksa melaklukan PHK terhadap karyawannya karena perusahaannya cenderung merugi. Begitu pula yang terjadi di Kabupaten Garut, perkembangan perekonomian di masyarakat tidak jauh berbeda dengan kota kota lainnya. Memasuki awal tahun 2011 Pemerintah Kabupaten Garut mencoba membuat sebuah terobosan baru, yaitu dengan konsep “ Penguatan infrastruktur Wilayah Terhadap Aksebilitas Pengembangan Potensi Ekonomi Disertai Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik “. Konsep ini diharapkan bisa mendukung arah pembangunanKabupaten Garut di 2011 kedepan.
“ Seluruh program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2011 secara langsung maupun tidak langsung, diarahkan untuk mendukung tema tersebut “, kata Kepala Bagian Informatika Pemkab Garut Drs. Dikdik Hendrajaya MSi.
Dalam upaya mewujudkan tema pembangunan tersebut, dirumuskan 10 isu strategis dan 26 Prioritas Pembangunan yaitu, peningkatan kualitas pendidikan. Diprioritaskan pada penuntasan wajar dikdas 9 tahun tuntas paripurna dan pencanangan wajar 12 tahun. Peningkatan partisipasi sekolah pada semua jenjang dan jalur pendidikan; Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan pada semua jenjang dan jalur pendidikan; Pemberdayaan pemuda dan peningkatan prestasi olah raga; dan Peningkatan partisipasi SMK.
Sedangkan dalam Peningkatan Kualitas Kesehatan diprioritaskan pada pemantapan kualitas tenaga dan fasilitas kesehatan dalam melakukan pelayananan kesehatan masyarakat; Intensifikasi penyuluhan, pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi; Implementasi kesetaraan gender dan peran pemuda dalam proses pembangunan. Untuk Peningkatan Sosio Ekonomi Masyarakat diprioritaskan pada peningkatan daya beli masyarakat.
Isu lainnya yang menjadi prioritas Saing Usaha dan Nilai Tambah Produk Lokal, diprioritaskan pada pembangunan Pusat Informasi Potensi, Produksi dan Pasar serta peningkatan pembangunan lainnya yaitu berbentuk peningkatan daya nilai tambah dan daya saing produk lokal. Disektor Pariwisata Pengembangan Budaya Daerah serta Menggali Potensi Wisata, di Kabupaten Garut belum sepenuhnya tergali, sehingga untuk mendukungnya diprioritaskan pada peningkatan daya tarik pariwisata.
Meseki demikian, Kabupaten Garut dengan jumlah penduduk sekitar 2,4 juta jiwa masih menyandang julukan sebaghai daerah tertinggal, hal ini tidak terlepas dari kondisi masyarakat yang berbalut kemiskinan. Maka Penanggulangan Kemiskinan menjadi upaya nyata nantinya mengubah image sebagai daerah tertinggal. Penanggulangan kemiskinan ini diprioritaskan pada peningkatan pelayanan dan pemberdayaan fakir miskin, KAT, dan PMKS lainnya; Implementasi pemahaman nilai-nilai Agama, budaya dan kearifan lokal melalui keluarga; serta meningkatnya jumlah tenaga kerja yang bersertifikasi.
Peningkatan Kinerja Aparatur dan Kualitas Pelayanan Publik sebagai upaya menjawab tuntutan masyarakat saat ini, tahun ini diprioritaskan pada profesionalisme aparatur untuk mewujudkan pemerintahan daerah yang akuntabel; perwujudan pelayanan prima bagi masyarakat; serta menata sistem pengawasan internal pemerintah.
Di bidang lingkungan, Pemkab Garut melalui isu Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Penanganan Bencana akan diprioritaskan pada pengurangan risiko bencana, percepatan penanganan korban manusia dan penanggulangan akibat bencana serta pelestarian dan perluasan kawasan lindung.
Guna mendukung suskesnya program tersebut isu ketersediaan dan kualitas Infrastruktur Wilayah pun akan diprioritaskan pada pengembangan infrastruktur jalan dan jembatan, pengembangan infrastruktur perumahan dan permukiman, pengembangan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi, pengembangan infrastruktur perhubungan, dan penanganan infrastruktur wilayah akibat bencana;
Isu lain yang menjadi perhatian serius pemerintah berupa pemenuhan kebutuhan energi berkelanjutan. Hal ini diprioritaskan pada pengembangan energi alternatif dan listrik perdesaan, serta infrastruktur penyedia air baku.
“ Konsep ini bukan hanya cita-cita pemerintah saja, namun mesti didukung seluruh komponen masyarakat, karena bukan tidak mungkin, selangkah menuju dua abad, Kabupaten Garut akan semakin memberikan daya pesona bagi mata dunia, seperti julukan Swiss Van Java yang kerap terngiang di telinga kita “, tegas Dikdik..
Secara umum, Kabupaten Garut merupakan wilayah yang dinamis, berbagai dinamika pembangunan terus berlangsung baik bidang politik, ekonomi, sosial maupun budaya, sehingga berbagai perkembangan hampir terjadi pada semua sektor.
Secara administratif, sampai saat ini Kabupaten Garut mempunyai jumlah kecamatan sebanyak 42 kecamatan, 21 kelurahan dan 403 desa, dengan luas wilayah 306.519 Ha. Kecamatan Cibalong,mempunyai wilayah terluas mencapai 6,97% dari wilayah keseluruhan yang ada,yaitu seluas 21.359 Ha, sedangkan kecamatan Kersamanah merupakan wilayah terkecil dengan luas 1.650 Ha atau 0,54%.
Sebagai Kabupaten yang mempunyai wilayah cukup luas, tentu saja tidak terlepas dari permasalahan intern maupun ekstern dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Dengan segala kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada, berusaha untuk menerapkan arah kebijakan pembangunan dan strategi yang tepat. Maksudnya, bertekad untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.
Kabupaten Garut, beriklim tropis basah (humid tropical climate), dimana menurut hasil studi data sekunder, iklim dan cuaca itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattem), topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat, dan elevasi topografi dengan curah hujan rata-rata setiap tahun berkisar antara 2.589 mm dengan bulan basah 9 bulan berturut-turut dan bulan kering berkisar 3 bulan berturut-turut, sedangkan di sekelilingnya terdapat daerah pengunungan dengan ketinggian mencapai 3.500-4.000 meter di atas permukaan laut dengan variasi temperatur bulanan berkisar antara 240C - 270 C. Denga kondisi iklim seperti itu, sampai 2010 kemarin, sektor andalan yang memberi sumbangan terbesar didominasi dari Pertanian. Karena pada 2010 sektor pertanian diproyeksikan memberikan sumbangan nilai tambah mencapai sebesar Rp.11,379 trilyun (angka sangat sementara) yang dihitung atas dasar harga berlaku dan sebesar Rp.5,108 trilyun (angka sangat sementara) yang dihitung atas dasar harga konstan tahun 2000. Apabila diperbandingkan atas dasar harga berlaku terhadap tahun 2009, terjadi peningkatan sebesar Rp.1,143 trilyun, dimana pada tahun 2009 diperoleh sebesar Rp.10,236 trilyun (Angka Perbaikan). Selanjutnya apabila diperbandingkan atas dasar harga konstan tahun 2000, pada periode 2009-2010 terdapat peningkatan sebesar Rp.241,245 milyar, dimana pada tahun 2009 diperoleh sebesar Rp.4,867 trilyun (Angka Perbaikan). Dalam kurun waktu 2005-2010, sektor pertanian diproyeksikan mengalami peningkatan sumbangan nilai tambah atas dasar harga berlaku sebesar Rp.4,524 Trilyun (angka sangat sementara) dari sebesar Rp.6,855 trilyun (Angka Perbaikan) pada 2005, sementara atas dasar harga konstan diproyeksikan meningkat sebesar Rp.834,722 milyar dari sebesar Rp.4,273 trilyun (Angka Perbaikan) pada 2005. Kondisi tersebut dapat dipahami, mengingat sektor pertanian saat ini menyerap lapangan kerja terbesar di Kabupaten Garut.
Memang, Kabupaten Garut masih mengandalkan sektor pertanian sebagai penggerak perekonomian masyarakat, terlihat dari kontribusi sektor ini terhadap perekonomian, yaitu masih sebagai penyumbang tertinggi. Pada 2009 kontribusi sektor pertanian diproyeksikan sebesar 46,09% lebih tinggi bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Sektor ini telah berperan besar dalam pembangunan Kabupaten Garut, baik peran langsung terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan masyarakat, dan penciptaan ketahanan pangan, maupun peran tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan subsektor dan sektor lainnya.
Pada sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan), beberapa komoditas dapat dikatagorikan sebagai komoditi unggulan dan prospektif. Saat ini pengembangan agribisnis komoditas unggulan muncul menjadi salah satu alternatif peluang investasi dalam pembangunan sektor pertanian. Mengemukanya fenomena tersebut dalam konteks perencanaan wilayah dan otonomi daerah, terjadi karena pendekatan tersebut diyakini dan telah teruji sebagai model yang layak dikembangkan menuju pertanian yang tangguh, khususnya dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat petani, serta pendapatan asli daerah.
Sasaran pembangunan pertanian Kabupaten Garut ditetapkan berdasarkan program revitalisasi pertanian, meliputi kegiatan peningkatan ketahanan pangan, pengembangan agribisnis, dan peningkatan kesejahteraan petani. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adanya usaha di sektor hulu usaha tani (on farm), hilir (agroindustri) dan usaha penunjang lainnya, peningkatan pertumbuhan PDRB sektor pertanian, peningkatan ekspor produk pertanian segar maupun olahan, peningkatan kapasitas dan posisi tawar petani, penguatan kelembagaan petani, peningkatan akses petani terhadap sumberdaya produktif; dan peningkatan pendapatan petani.
Unngglan daerah ini di bidang agribisnis padi sawah, salah satunya adalah beras, sebagai komoditas strategis berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian kedepan. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan beras di Kabupaten Garut diproyeksikan masih terus akan meningkat, produksi padi 2010 diproyeksikan sebesar 770.409 ton GKG. Realisasi produksi padi tahun 2010 mencapai 918.735 ton GKG atau naik sebesar 14,21 % bila dibandingkan dengan realisasi 2009 (804.457 ton GKG).
Pemerintah berkeinginan mempertahankan swasembada beras secara berkelanjutan. Peningkatan produktivitas padi 5,03 % per tahun dengan indeks panen 1,52 diperkirakan dapat mempertahankan swasembada beras hingga 2014. Untuk mencapai sasaran tersebut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah dan akan menghasilkan varietas unggul padi hibrida dan padi tipe baru. Varietas-varietas unggul yang berdaya hasil tinggi ini diharapkan dapat diaktualisasikan potensi genetiknya melalui pengembangan teknologi budi daya dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT)..- Muller/cang anwar.-***
0 komentar:
Posting Komentar