penulis : Slamet Timoer |
Tanggal 17 Maret ini, Nyi Putri Inten berulang tahun. Entah mana yang benar, tapi hamper semua anak anak Nyi Putri sepakat, tahun ini adalah ulang tahunnya yang ke 199.
Tak usah kalian tanya, apa rahasianya, dalam usianya yang sudah hampir dua abad, Nyi putri masih tampak cantik, seksi dan menggoda,bagi setiap orang yang mencintai keindahan, bagi setiap orang yang di hatinya bermukim ketulusan dan rasa cinta akan kehidupan bagi dirinya, bagi lingkungan sekitar, bahkan juga bagi anak cucunya kelak.
Para penggila Nyi Putri Inten, juga mereka yang berjiwa serakah, yang hanya gemar mensurgakan syahwat kekuasaan, yang hanya berpikir tentang perutnya, tentang birahinya, tentang iri dan menyakiti orang lain, bahkan juga sering menyakiti dirinya sendiri dan orang orang yang katanya dicintainya.
Bahagiakah Nyi Putri, dibalik hiruk pikuk orang memuja dan merayakannya ??? Entahlah,,,,,,,
Dalam persuaan indah dan imaginer, Nyi Putri bertemu dengan salah satu mantan suami tercinta, Sang Adipati, yang datang dari Alam Sejati. Tetapi, aura kebahagiaan dihari nostalgia itu ternyata cuma sekejap. Selebihnya, bumi tempat ia berpijak telah menjadi becek, basah oleh air mata yang mengalir tiada henti. Wajahnya muram penuh sesal, badannya kurus penuh luka, sesekali tampak bringas, dadanya sesak menahan dendam yang kian bertambah.
"Kalau saja, roda kehidupan bisa memutar waktu kembali, aku ingin kembali padamu, hidup dalam keindahan dan kedamaian, ditengah anak anak kita yang pandai bersyukur, yang selalu memegang amanah, yang bergaul dengan sesama mereka dengan berpegang teguh pada nilai silih asih, silih asah dan silih asuh. Aku rindu bersamamu Sang Adipati,,,,,," begitulah rintih Nyi Putri Inten di alam imaginasi.
Sang Adipati pun tertegun, bibirnya kelu, jantungnya berdegup keras, matanya nanar, pertanda beraduknya segenap rasa kemanusiaan dalam dirinya. Marah, benci, cinta, cemburu, dan kecewa yang dalam melihat bekas istri tercinta dipermainkan anak anak jaman yang durhaka. Dan disia siakan oleh lelaki lelaki yang dulu merengek rengek meminangnya.
Lalu dengan suara yang berat dan seperti tertahan, Sang Adipati pun bermahdah. "Putri Inten kekasihku,,,,,. Apa gerangan yang membuat engkau nelangsa hatimu dan tersiksa jiwamu di bekas cantik dan tawanan hatimu,,,???. Bukankah aku dulu pernah mewariskan limpahan kekayaan yang takkan habis buat anak cucu kita hingga kelak jaman berakhir,,,,??? Bukankah dulu aku juga mewariskan nilai nilai luhur untuk mengelola sumber daya berikut tata krama dan tata cara pergaulan untuk kebahagiaan dan ketenteraman mereka,,,,???. Bukankah dulu telah kudidik anak anak shaleh yang punya spirit juang tinggi dan penuh cinta kasih,,,,,???. Lalu mengapa kini kau berada dalam derita tiada tara,,,,???.
Seperti mendengar petir menyambar, Putri Intan tersentak, menatap Sang Adipati semabri menyeka air mata. Seperti tak lagi punya kata kata, kecuali sedikit yang tersisa, dari himpitan derita, kemarahan dan kecewa. Dalam suara parau dan nyaris tak terdengar, Sang Putri pun berujar :
"Benar Kanda Adipati,,,,Tak ada yang salah dari mahdahmu. Tapi ketahuilah, limpahan kekayaan sumberdaya kini semakin rusak dan musnah, akibat lemahnya jiwa anak anak kita dari himpitan jaman. Mereka telah menjadi serakah dan kehilangan kasih sayang. Mereka telah lupa dan mungkin pura pura lupa akan nilai yang engkau wariskan".
"Hati Dinda seperti tersayat, anak anak kita telah berupah menjadi pemain sirkus dalam pergaulan sosial diantara mereka. Saling mendzalimi, bahkan saling membunuh seakan menjadi biasa, meski sekedar berebut jabatan dan kekuasaan, bahkan juga untuk sekedar berebut sepiring nasi demi syahwat perut dan benda dibawah perutnya. Keyakinan dan ajaran Tuhan sering mereka buat permainan, sekedar untuk bisa tertawa terpingkal pingkal melihat saudaranya menderita. Dan hilang pula rasa malunya".
"Tetapi, tenanglah Kanda Adipati dalam istirahat di alam sejatimu. Tuhan Maha Pengampun, Tuhan Maha Murah, Tuhan Maha Pemberi, Tuhan Maha Bijaksana, dan ilmu-Nya meliputi segalanya. Semoga aku mampu menjalani amanah Tuhanku, memakmurkan anak anak kita lahir dan jiwanya. Bersama lelaki yang kini mengawiniku lewat rayuan palsu, yang hingga hari ini tak kuyakini hati dan mimpinya tentangku,".
Dan akhirnya, dalam imajinasi, Sang Adipati kembali pergi dengan membawa sejuta tanda tanya. Dan, dengan urai air mata, Putri Inten bersujud mencium bumi yang sabar dan pemurah, berdoa kehadirat-Nya. Untuk kemuliaan, keleluasaan, kesuburan dan kemakmuran bagi tanah tercinta. Dirgahayu Garut dalam hari jadinya ke 199. Wallohu'alam.
0 komentar:
Posting Komentar