Kamis, 31 Maret 2011

GARUT SIAP DONGKRAK EKONOMI VIA WISATA



Peningkatan ekonomi masyarakat akan terjadi apabila sektor wisata di Garut sudah terbentuk sebuah sonsorsium. Dimana semua elemen menjadi satu langkah, satu pemikiran dan satu tanggung jawab. Karena dengan ikatan yang benar benar terjalin dengan baik, kehidupan dunia wisata di Garut akan nampak dan menadikan sebuah primadona untuk peningkatan pendapartan masyarakat termasuk pemerintah daerah. Ada dua sisi yang diprediksi bisa menjadikan Garut sebagai kota terlupakan sekaligus bukan tujuan utama bagi warga luar Garut, nampaknya tidak ada alasan untuk tidak singgah.H. Ato Hermanto/ pengusaha terkemuka di Garut.

Garut akan bisa lebih maju dan menjadi kota tujuan utama bagi wisatawan atau orang yang hendak berbisnis. Salah satunya untuk menunjang kearah itu jalan utama dari Garut utara blok Kubang menuju Sudirman atau arah lain dibangun. Karena kemacetan arus lalu lintas yang kerap kali terjadi disaat musim liburan, itu membawa dampak yang sangat signifikan bagi perkembangan kota Garut. Bukti lain Garut kini tengah merintis untuk membuka peluang bagi pengusaha tradisionil maupun mapan, dengan dibangunnya pusat perbelanjaan modern di kawasan Jl. Sudirman - Copong. Begitu pula dengan adanya pembangunan GOR Ciateul Tarogong, itu juga sama untuk menunjang Garut ke depan.- H. Yayat Hidayat/ anggota DPRD Kabupaten Garut dari Fraksi Partai PAN.***


Garut kedepan setelah menginjak usia dua abad ini memang perlu ada pemikiran sejak dini. Karena kondisi Kota yang dulu pernah mendapat julukan sebagai “ Swiss van Java “ disaat masih dalam genggaman penjajah kolonial Belanda, akan dihadapkan pada permasalahan yang menyangkut konsepsional sejak dini. Bukan hanya sebatas konsep yang menyangkut tata ruang dan peruntukannya, tetapi lebih menjurus terhadap langkah apa yang harus diambil oleh pemerintah daerah dan masyarakatnya. Betapa tidak ? Secara berangsur adanya pemisahan daerah yang kini tengah diproses oleh semua pihak terkait di pemerintahan dan legeslatif, akan berdampak terhadap perkembangan perekonomian ! Sebagai salah satu contoh, misalnya dengan adanya program pembangunan jalan tol dari Cileunyi menuju Tasikmalaya via Limbangan hingga Malangbong, itu merupakan salah satu jawaban mengenai Garut kedepan akan bagaimana. Sebab dengan dibangunnya infra struktur dibidang transportasi jalan, bisa diprediksi dari sekarang berapa banyak para pengguna jasa jalan yang hendak menuju Tasikmalaya atau kawasan lainnya di bagian Timur, yang ingin memakai jalur ke Garut. Sudah dapat dipastikan akan berkurang bahkan melebihi hitungan karena dilihat dari efektipitasnya. Belum lagi dengan adanya pemekaran Garut menjadi dua yaitu Garut selatan dan Garut Utara jadi. Nampaknya memang belum terjadi, tapi merupakan sebuah “ PR” bagi siapapun yang akan memimpin Garut kedepan.
Berikut ini,maJalah umum & seluller “ Muller ”, sengaja menyajikan tulisan mengenai pendapat dan pandangan dari beberapa unsur masyarakat yang barangkali bisa dijadikan sebuah referensi kedepan. Tulisan ini merupakan hasil wawancara beberapa wartawan Muller yang kemudian dirangkum oleh redaktur senior, Cang Anwar. Selamat membaca. Redaksi.-
H.Yayat Hidayat, salah satu anggota legeslatif dari Partai Amanat Nasional (PAN) Kabupaten Garut,sempat berkomentar mengenai Garut kedepan setelah mencuatnya wacana pemisahan Garut yang kini masih dalam tahap proses, katanya, diperlukan sebuah terobosan baru dari pemerintah daerah.Salah satunya ada keberanian dari Bupati untuk menciptakan terobosan baru tersebut. Karena peranan bupati dalam menciptakan sebuah terobosan untuk kemajuan Garut sangat dominan. Salah satu contoh pada era 1980-an, dimana saat itu peranan bupati sebagai kepala daerah sangat menonjol dan dapat disarakan oleh semua pihak. Yaitu dengan adanya pembukaan kawasan baru agar Garut kota tidak berkesan sempit. Waktu itu,tambah H Yayat, kawasan perkantoran masih berkutat di seputar alun alun dan sekitarnya kemudian jalur jalan untuk kepentingan perkembangan kota masih disekitar jalan jalan protokol yang ada.
“ Adanya keberanian dari seorang bupati kini jalur keramaian arus lalu lintas sudah terpecahkan. Begitu pula, dengan komplek perkantoran sama ada disatu kawasan dengan sendirinya perkembangan perekonomian pun dimasyarakat berkembang “, kata H Yayat kepada Cang Anwar dari Majalah umum Muller saat ngobrol panjang mengenai nasib kota Garut setelah adanya pemekaran dan jalur tol baru dibangun dari kawasan Cileunyi men uju Tasikmalaya yang hanya melintasi kawasan Garut utara, belum lama ini. Malah ia menambahkan, ia sangat mendukung sekali apabila ada perumusan untuk mengantisipasi bila nanti Garut seperti diperkirakan oleh sementara pihak akan menjadi “kota mati”. Karena untuk membuat sebuah konsep Garut ke depan yang mungkin bisa terwujud pada lima tahun mendatang,sangat dipperlukan adanya metoda sebagai pijakan untuk dijadikan garapan sejak sekarang. Sebab, masalah persiapan atau gagasan itu tidak biasa dilaksanakan secara mendadak. Munculnya phenomena tersebut, ini meruakan sebuah tantangan semua pihak. “ Jadi bukan hanya pemerintah dan legeslatif saja yang merumuskannya tetapi tokoh masyarakat serta unsur lainnya juga sama untuk turut berpikir “. Apakah meningkatkan kawasan wisata, indsutri atau pertanian serta perdagangan. Untuk persiapan kedepan, salah satunya kini pihak pemerintah sudah mulai merintis dengan cara merencanakan membangun sebuah kawasan perdagangan modern. Sementara pelaksanaan peletakan batu pertama sebagai dimulainya pembangunan pusat perdagangan tersebut yang berloksi di Jalan Jend. Sudirman itu, pada April mendatang. Sedang komoditi yang akan menjadi primadona di pusat perdagangan modern tersebut yaitu barang barang hasil kerajian yang terbuat dari kulit. Mulai sepatu, jaket ,tas hingga ke keperluan lain yang berhubungan dengan bahan dasar kulit. Hal ini diharapkan menjadi salah stau factor penunjang dalam upaya menciptakan Garut sebagai kawasan kunjungan wisata belanja yang nantinya bisa meningkatkan perekonomian masyarakat. Sementara yang lainnya yang belum terencana akan menjadi “PR” bagi pemerintah. “ Siapapun nanti yang menjadi bupatinya tetap masalah ini harus dijadikan sebuah kerangka acuan pembangunan Garut kedepan agar mpenomena Garut sebagai kota mati tidak tarjadi “, pintanya. Disisi lain, H.Yayat menyinggung pula dengan adanya pembagunan pusat perbelanjaan modern yang berlokasi di jalan Guntur lahan bekas PTG. Untuk saat ini memang terjadi gejolak di masyarakat, namun disisi lain pula dengan adanya pembangunan pusat perbelanjaan ini, akan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat itu sendiri, disamping roda perekonomian akan meningkat pula. Tapi bukan berarti tidak memperhatikan rakyat kecil yang memang perlu perlindungan dan pengarahan. “ Ini menjadi bahan pemikiran kita bersama “.
Sementara bila kita mengarahkan ke wisata, menurut H .Yayat, untuk mengembangkannya memerlukan biaya yang cukup besar. Misalnya dengan obyek wisata “ Situ Bagendit “, harus ada kerja sama dengan pemerintah Propinsi Jawa Barat. Karena, Pemda Jabar sebagai pemiliknya. “ Disini diperlukan kecerdasan seorang Bupati “, tegas H. Yayat. Seraya ia menambahkan, bupati merupakan managernya Garut memerlukan keberanian serta dituntut kreatif mencari investor dari luar. “ Itu terlepas nanti siapa yang menjadi bupatinya “, imbuhnya.
Konsep jangka pendeknya, Garut memerlukan terobosan terobosan dalam upaya menanggulangi masyarakat masyarakat yang ada di luar Garut. Dalam artian, Garut yang merupakan sebuah kota kecil, apabila akan menghadapi hari raya Idul fitri banyak warga asal Garut yang ingin berlebaran dikampung halamannya dengan sendirinya volume kendaraan meningkat. Dampaknya jalan menjadi macet. Pihak pemerintah daerah kini berupaya membangun jalan baru bertipe “ bay pas “ dari arah Kubang menuju Terminal. Diharapkan pembangunnya bisa rampung dalam waktu dekat ini, karena selama ini masih terbentur pada masalah dana. Begitu pula bila ada rencana pelebaran kota ke utara, menurutnya, sangat dimungkinkan. Karena salah satunya dengan membangun pasar kecamatan Cibatu dengan lokasi mendekati jalan propinsi, itu diharapkan bisa menggeser keramaian kota secara merata. Tidak terjadi sentralistik seperti sekarang ini. Malah pembangunan GOR Ciateul yang selama ini terkatung katung, untuk penyelesaiannya ada bantuan dari pemerintah propinsi Jawa Barat dalam segi kebutuhan lahan yang diperuntukan GOR tersebut. Karena menurut pendataan yang berdasarkan hasil penelitian ITB untuk GOR itu diperlukan lahan seluas 12 Hektar. Sementara pihak Pemda Garut baru hanya bisa membebaskan seluas 8 hektar, terbentur pada masalah dana. Untuk menutupi kebutuhan lahan tersebut, pemerintah propinsi Jabar, akan melakukan tukar guling, yaitu lahan miliknya yang ada di Margawati yang dijadikan untuk pengembang biakan ternak, akan dijual dan hasil dari penjualannya diberikan ke Pemda Garut untuk membeli lahan yang sisanya seluas 4 hektar lagi. Pembangunan GOR Ciateul ini diharapkan pula bisa menjadi salah satu tujuan bagi warga luar Garut untuk datang. Sebab, GOR Ciateul nantinya merupakan sebuah komplek olah raga yang tertata dan lengkap. Jadi dengan sendirinya beberapa kejuaraan setingkat Jabar maupun nasional tidak menutup kemungkinan diselenggarakan di Garut.Sementara dana yang dbutuhkan untuk membangun GOR tersebut, bisa dilaksanakan secara berangsur. “ Minimal satu masa jabatan bupati “,ujar H Yayat.
Drs.Deni Desta, kepala terminal bis dan non bis Guntur Ciawitali, sempat menambahkan mengenai kondisi jalur Jabar selatan yang kini sudah mulai dipakai kegiatan masyarakat untuk meningkatkan perekonomiannya.
“ Bis dengan rute Pangandaran hingga ke Pelabuhan ratu Sukabumi sudah ada sekitar 6 buah “, jelasnya. Hanya untuk saat ini trayek mereka baru sampai ke Rancabuaya, karena kondisi penumpangnya belum banyak seperti kedaerah lain. Misalnya untuk jarak antar kota. Hanya, tambahnya, secara rutin bis tersebut sudah mulai beroperasi sejak beberapa bulan lalu. Malah dari terminal Cilembang Tasikmalaya, kini ada bis yang sengaja beroperasi ke Rancabuaya. Begitu pula dari Cipatujah sudah ada trayek ke Rancabuaya via Cibalong daerah Garut selatan.
“ Apabila melihat kesiapan pengusaha bis dalam membaca peta bisnisnya kini sudah mulai. Hanya pembangunan infra struktur termasuk terminal perlu dipersiapkan dari sekarang “, ujarnya.
Barangkali phenomena masyarakat akan terjadi Garut sebagai kota yang dilupakan, nampaknya tidak berlebihan apabila melihat kondisi Garut Selatan sudah mulai mengembangkan sayapnya. Sebab sebagai contoh kecil, kini ada bis yang bertrayek Tasikmalaya Pameungpeuk dan sudah beroperasi sejak beberapa saat ketika jalur selatan sudah rampung dan kondisi jalannya bagus.
“ Berbicara Garut kedepan, memang perlu dirumuskan dari sekarang, kira kira model apa atau formula bagaimana yang bakal menjadikan kota ini hidup atau ada peningkatan terutama di sektor perekonomian masyarakat “, kata H.Ato Hermanto, pemilik perusahaan dodol Garut Picnic yang sekaligus ketua umum KONI Garut saat dipinta pendapatnya mengenai pola Garut kedepan belum lama ini. Malah menurut pemilik club balap sepeda “ PICNIC “ ini, ada lima point yang harus ditempuh oleh semua pihak dalam upaya mewujudkan Garut maju dan sejahtera masyarakatnya itu.
“ Saya hanya melihat sudut pandang dari dunia wisata “, tambahnya. Kenapa demikian, paparnya, alasannya sangat sederhana, sebab masalah wisata di Garut sudah ada hanya tinggal bagaimana mewujudkan satu kebersamaan untuk memajukan wisata tersebut. Dan sebagai bekal untuk melangkah semuanya bertumpu pada point point yang jumlahnya mencapai lima tahapan diantaranya pertama, “ nginap “. Untuk masalah nginap ini masyarakat dari sejumlah kota kota besar sudah mengetahui adanya hotel hotel di Cipanas. Namun itu belum cukup karena perlu pengembangan lebih jauh. Tahap kedua “ kuliner “. Masalah ini pun sama, di Garut banyak rumah rumah makan yang menjajakan berbagai aneka menu dengan ciri khas masing masing. Ketiga wisata produk Garut. Sektor ini pun banyak yang bisa dijual untuk dijadikan tujuan wisata. Misalnya kini sudah mulai dengan dibukanya kawasan supenir shop hasil olahan kulit di Sukaregang. Dari mulai sepatu, tas, jaket hingga ke makanan yang berbahan kulit ada. Kini Sukaregang sudah mulai banyak dikunjungi wisatawan dari kota kota besar. Tahap empat, harus adanya program seni dan budaya. Karena dengan adanya program yang tersusun secara baik masalah seni dan budaya ini akan turut menunjang terhadap perkembangan wisata di Garut. Salah satu contoh di Bali dan Yogyakarta. Masalah seni budaya dan wisata sudah menyatu dengan baik. Kemudian tahap akhir bagian lima yaitu wisata olah raga. Untuk masalah wisata ini jelas bagi Garut tidak ada kesulitan, karena sarananya ada tinggal bagaimana mengembangkannya.
“ Semua itu akan terwujud dengan baik apabila ada komitmen dari semua pihak yang terkait. Dan paling utama harus membentuk dulu konsorsium yang merupakan ikatan dari berbagai elemen “, tegasnya. Karena untuk mewujudkan dunia wisata yang kompak dan maju itu harus ada kesamaan pemikiran, langkah dan tujuannya. Karena di konsorsium itu, tidak hanya pelaku pelaku bisnis wisata saja yang terlibat, tetapi dari birokrasi hingga ke masalah pengamanan serta masyarakat juga ikut bersatu.
“ Bila hal ini sudah terwujud dengan baik bukan hanya sekedar terbentuk tapi tidak ada aksi, Garut akan benar benar menjadi sebuah kawasan tujuan wisata yang terkemuka setelah Bali dan Yogyakarta “, paparnya pula. Contoh lain adanya ikatan itu, akan terjadi persaingan bisnis yang sehat dan berbobot. Sementara kekurangan dan kendala yang dihadapi akan menjadi pemikiran bersama.
“ Oleh karena itu mari kita bersatu,berembuk dan menyatukan langkah dan prinsip apabila benar benar ingin maju karena dengan adanya konsorsium itu bukan hanya membentuk ikatan tetapi menciptakan sebuah wisata yang lengkap dan bisa ditawarkan secara professional. Nantinya wisatawan tinggal memilih paket mana yang dianggap oleh mereka menarik untuk keluarga. Jadi tidak seperti sekarang maju masing masing. “, pintanya. Seraya ia menambahkan, saat ini yang terjadi di Garut hanya gerakan gerakan individu dari para pelaku bisnis wisata dan hal ini bila dibiarkan apa adanya kita selamanya menghadapi “ jalan ditempat “. Sebab tidak ada upaya untuk merubah konsep seperti yang telah dilakukan oleh daerah daerah lain di Indonesia yang sama sama memiliki obyek wisata lengkap seperti Garut.
“ Secara konsepsional telah dituangkan “, kata Kepala bidang Ekonomi , di Bappeda Garut, Drs. Eko Yulianto, kepada Cang Anwar dari MULLER di ruang kerjanya beberapa waktu lalu. Menurutnya, konsep yang disusunnya itu bertajuk “ Percepatan Pembangunan Ekonomi di Garut “. Hal ini, tandasnya, merupakan penjabaran Visi dan Misi ke 2 Kabupaten Garut tahun 2009 2014. Salah satunya, menurut Eko, pembangunan perekonomian yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Garut sudah semestinya dimulai dari perencanaan yang baik dan memadai agar nantinya dihasilkan kinerja sesuai harapan sebagaimana tertuang dalam Visi dan Misi itu. Evaluasi terhadap pelaksanaan perencanaan sebelumnya dapat membantu terhadap penyusunan perencanaan selanjutnya secara tepat dan berorientasi terhadap kebutuhan serta memecahkan permasalahan nyata yang ada. Kabupaten Garut memiliki potensi agraris yaitu sektor pertanian yang mendominasi perekonomian daerah selama bertahun tahun. Namun percepatan pertumbuhannya makin berkurang. Sementara sektor sekunder dan primer mulai menunjukan kinerja yang meningkat. Sehingga terjadi kecenderungan pergeseran sektor primer ke dua sektor lainnya. Disisi lain keterbatasan dana menjadi suatu kendala untuk merealisasikan perencanaan yang begitu banyak, muncul dalam proses mekanisme perencanaan. “ Oleh karenanya diperlukan suatu analisis atau upaya yang logis untuk menyiasati keadaan ini “, imbuhnya. Pemilihan sektor kunci, menurut Eko, yang dapat mendorong kinerja perekonomian menjadi penting untuk dilakukan. Karena proses sektor ini tidak dapat dilakukan secara intuitif melainkan harusmelalui proses evaluasi atas kinerja pembangunan, analisis terhadap indicator ataupun parameter lain yang berhubungan dengannya. Bappeda sebagai institusi yang memiliki kewenangan dalam menyusun perencanaan pembangunan kabupaten, harus mampu memberikan arahan kepada OPD ( Organisasi Perangkat Daerah) dalam menyusun renacana kerja, program prioritas serta kegiatan yang harus dilakukan dalam satu periode perencanaan jangka menengah dan dibagi dalam perencanan tahunan dengan tetap mengacu pada visi dan misi.
Disisi lain, masih menurut Eko, tugas pokok merumuskan program kerja dan menyelenggarakan kebijakan di bidang ekonomi dalam upaya mendongkrak Garut kedepan dibidang peningkatan perekonomian itu, yang meliputi masalah pertanian,kelautan,kehutanan, industri dan parawisata serta keuangan daerah, penanaman modal, perdagangan, Koperasi dan UKM plus pasar. Nantinya dapat meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat melalui pengembangan aktifitas ekonomi berbasis agribisnis, agroindustri, kelautan dan parawisata.
Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah bsia dilihat dari indicator ekonomi dan ini dapat dijadikan bahan evaluasi serta sekaligus sebagai referensi perencanaan kedepan. Untuk itu terdapat lima indicator ekonomi yang lajim dipakai dalam memaknai perkembangan ekonomi kedepan. Diantaranya, produk domestik regional bruto (PDRB), penduduk miskin, investasi, inflasi dan pola konsumsi masyarakat.
Sementara, lanjutnya, analisis sektor penggerak utama ekonomi, diperlukan satu data atau hasil analisis yang dapat dipertanggung jawabkan.Data atau kajian yang selama ini dikerjasamakan oleh bidang ekonomi Bappeda dan kantor Statistik dapat dijadikan bahan analisis lebih lanjut dalam rangka menyiapkan dasar perencanaan. Nantinya akan memunculkan sebuah konsep yang jelas termasuk bagaimana kebijakannya, strategisnya dan program programnya. Misalnya pengembangan industri pengolahan bertujuan meningkatkan produksi dan nilai tambah hasil industri pengolahan. Disektor pertanian meningkatkan produksi hasil pertanian, perkebunan dan peternakan yang nantinya dapat meningkatkan pula peran serta kemampuan usaha tani tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan serta peternakan. Disektor parawisata, diarahkan sebagai penarik aktifitas ekonomi yang berdaya saing dalam destinasi, produk dan usaha wisata. Yang tentu saja harus disertai adanya peningkatan kualitas obyek wisata dan pengembangan potensinya.
Sementara pengamat sosial dan politik Maksum Warsono, berpendapat untuk menyikapi Garut kedepan, ada baiknya mengembangkan industri agro. Artinya pengembangan dan peningkatan hasil pertanian yang kemudian diolah di Garut, menjadi bahan jadi, sehingga nantinya ada nilai tambah bagi para petani plus masyarakat Garut.-****

 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | Macys Printable Coupons