Kamis, 31 Maret 2011

POLITIK, KONSPIRASI dan SPIONASE


Spionase, biasanya sering didefinisikan secara sederhana sebagi kegiatan memata-matai. Bahkan kata ini cenderung sangat erat kaitannya dengan praktik intelejen demi politik kekuasaan di seluruh belahan bumi ini. Contoh yang paling konkrit dari hal ini adalah informasi dari bocoran kawat diplomatik kedutaan besar Amerika Serikat untuk Indonesia, yang kemudian dijadikan bahan kontra intelejen oleh dua harian besar di Australia baru-baru ini.
Terlepas dari betul atau tidaknya informasi tersebut, sebenarnya bukan hal yang baru bila kemudian praktik intelejen, spionase kerap dijadikan senjata untuk memperkuat kekuasaan yang ada pada suatu wilayah. Bila anda seorang penikmat film, alangkah lebih sederhananya kita mengulas berbagai fenomena sosial dengan pendekatan pola pikir konspirasi.
Pada sebuah film berjudul “Enemy of The State”, Will Smith memerankan seorang pengacara yang handal yang harus dihancurkan kredibilitasnya karena dianggap memiliki bukti pembunuhan seorang anggota senator AS oleh seorang elit politik dan pemerintahan di negeri Paman Sam tersebut. Dalam film tersebut jelas terlihat konspirasi antara badan rahasia dengan kepentingan salah satu elit politik untuk memainkan isu undang-undang pengawasan bagi masyarakat.
Kita harus pahami bahwa operasi rahasia yang dilakukan intelejen/ agen rahasia mungkin tidak se royal atau bahkan se nikmat James Bond, karakter agen MI6 Inggris ciptaan Ian Flemings, yang dalam melakukan aksinya selalu seperti pahlawan super yang dilengkapi alat termutakhir, bahkan didampingi wanita cantik nan seksi.
Beralih kembali pada dunia nyata, isu adanya tindakan memata-matai yang dilakukan oleh presiden SBY pada Yusril Ihza Mahendra seperti informasi yang katanya dibocorkan oleh wikileaks dari kawat diplomatic AS, bisa dikatakan wajar bila berkenaan dengan kekuasaan atau bahkan stabilitas nasional, karena disebutkan pula ketika itu Yusril sedang melakukan pertemuan rahasia dengan seorang pebisnis dari Cina.
Memang cenderung sulit untuk dilakukan pembuktian akan fenomena spionase dan konspirasi ini. Seperti halnya kenapa BIN (Badan Intelejen Negara) seolah terlibat dalam pembunuhan seorang aktivis HAM tanah air. Sebab biasanya suatu lembaga rahasia negara, akan melakukan tindakan bila ada perintah dari pimpinan bangsa atau bahkan menilai kondisi negara akan ada pada posisi instabil bila tidak dilakukan suatu operasi intelejen.
Berkaitan dengan itu, bagi Pemerintah dan masyarakat Indonesia, kini juga menjadi saat-saat yang mendebarkan menunggu bocoran dokumen WikiLeaks. Konon kabarnya harian The Guardian dari Inggris mengklaim memiliki 251 ribu lebih dokumen kawat diplomatik AS. Dari sekian banyak jumlah dokumen tersebut, 3.059 berasal dari kedutaan Amerika di Jakarta dan 167 dari konsulat Amerika di Surabaya. Dokumen tertua adalah tanggal 19 November 1990, sementara yang terbaru 27 Februari 2010.
Jumlah dokumen dari Indonesia tersebut merupakan jumlah terbanyak dibanding dengan jumlah dokumen dari kedutaan Amerika di negara lain di Asia Tenggara. Di Bangkok, misalnya, jumlah dokumen yang terbuka 2.941, Manila 1.796, dan Singapura 704. Ini menandakan bahwa Indonesia memiliki posisi penting di mata Amerika.
Kita belum tahu seberapa tinggi tingkat kerahasiaan dokumen-dokumen itu. Beberapa dokumen yang dilansir hanya menceritakan Kasus Timor-Timur, Pemilu 2004 dan Pelatihan Kopassus. Dalam dokumen berkode CRS Report RS20332 dengan judul East Timor Crisis: US Policy and Options tertanggal 5 November 1999 itu disebutkan bahwa Pemerintahan Bill Clinton menekan RI agar menerima kehadiran pasukan perdamaian internasional di Timor Timur usai jajak pendapat 1999. Selain itu juga menghentikan kerja sama militer AS dan Indonesia dan mengancam sanksi lebih keras bila tak mau bekerja sama, mengendalikan milisi, dan memulangkan 200 ribu pengungsi Timor Timur. Amerika juga mendukung keputusan IMF dan Bank Dunia agar menghentikan bantuan mereka untuk Indonesia. Bantuan yang dihapus untuk tahun 2000 antara lain bantuan ekonomi 75 juta dolar AS, Economic Support Funds 5 juta dolar AS dan IMET 400 ribu dolar.
Lalu bagaimana dengan kontroversi isu terorisme di tanah air, ini belum terkuak, dan mengenai penangkapan Ustadz Abu di Banjar Patroman, Ciamis, Jawa Barat beberapa bulan lalu?. Apakah ini juga bagian dari skenario dan pesanan asing?. Kita tunggu seberapa banyak dokumen rahasia yang dimiliki WikiLeaks terkait Indonesia terutama soal penanganan kasus terorisme. Sedikit banyak, dokumen yang terungkap tersebut mungkin akan membuat seolah terjadinya perselingkuhan antara pejabat-pejabat di negeri ini dengan penguasa asing. Apakah kelak ada pihak yang kebakaran jenggot jika dokumen tersebut dibuka, atau bahkan bocornya informasi dari wikileaks ini juga merupakan bagian rekayasa spionase asing. Itulah sebabnya dalam akhir tulisan ini sering muncul kata “mungkin”,”bagaimana”,dan “jika”, sebab dalam teori praktis spionase/ intelejen dan konspirasi ada satu kalimat yang harus dicerna yaitu “kenyataan bukanlah apa yang kita lihat, melainkan apa yang kita upayakan untuk terlihat dan terasa”. Sehingga untuk konklusinya, penulis serahkan pada pembaca, dengan harapan kita menjadi lebih arif dalam menilai dan semakin luas pemahaman akan wawasan kebangsaan.
***ihsan

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | Macys Printable Coupons