Rabu, 06 April 2011

KARENA MEMPERTAHANKAN EGO SEPULUH TAHUN PISAH RANJANG

ILUSTRASI

Sebut saja namaku Reni (nama samaran. Red ). Aku memang harus mengalami kegagalan dalam rumah tangga. Padahal    sudah membangun keharmonisan rumah tangga itu lebih dari sepuluh tahun. Namun keadaan telah membuat hancur lebur keutuhan  rumah tanggaku  yang sudah lama dibina tanpa tersisa. 
Sebenarnya  bingung, entah permasalahan apa yang telah membuat kehancuran rumah tangga ini. Padahal suamiku tak pernah berselingkuh apalagi berbuat kasar, tapi mungkin faktor ketidak harmonisan itu muncul dari ego kami masing masing. 
Akibatnya , akhirnya timbul perselisihan. Bahkan kami sering bertengkar kecil.Yang lama kelamaan pertengkaran kecil itu pun menjadi sebuah “Bom Waktu” yang bias menghancurkan rumah tangga ini. Lalu pada klimaksnya,kami saling mempertahankan harga diri bahkan  mulai tidak saling menyapa. Dan kondisi seperti itu berlangsung cukup lama juga sehingga ahirnya kami acuh “ bey be “ saja.
Sehari dua hari, sebulan bahkan setahun terus berlalu. Dan kami masing - masing saling mempertahankan frinsip. Lalu ahirnya kondisi rumah tangga yang sudah kubangun selama hampir 10 tahun itu pun berubah. Rasanya kami berada di atas puncak gunung es, semuanya menjadi beku dan  kaku.
Tak terasa ,keadaan rumah tangga kami seperti itu sudah  berjalan hampir sepuluh tahun. Tapi anak anak  termasuk semua keluarga ku tidak ada yang mengetahui keadaan itu. Mereka mengira rumah tangga kami tetap berjalan seperti layaknya rumah tangga yang lain. Dan dihadapan keluarga, kami tidak pernah memperlihatkan keadaan yang sebenarnya.
Memang terasa sangat menyiksa keadaan rumah tangga seperti itu. Namun aku harus pandai bersandiwara didepan orang lain, bahkan didepan anak anak ku sendiri,  menjaga agar mereka tidak mengetahui kalau kami tengah ada masalah. Keadaan seperti ini memang sangat menyiksa dan menyakitkan.
Karena , kami terpaksa pisang ranjang selama sepuluh tahun. Dan selama kurun waktu yang cukup panjang itu aku harus menyembunyikan semua yang kuhadapi di depan semua orang. Bahkan bukan Cuma itu saja, kebutuhan biologis pun sebagai wanita yang normal otomatis tak terpenuhi dalam kurun waktu yang panjang itu. 
Untung, selain ibu rumah tangga  aku punya profesi lain. Sehingga untuk menghilangkan kejenuhan serta hal hal lain bisa kusalurkan lewat kegiatan di kantor, sehingga setiap hari aku bisa menghilangkan perasaan jenuh dan sebagainya. Namun dalam saat - saat tertentu aku tetap merasakan kepahitan serta kehancuran yang tengah kualami sekarang ini.
Banyak teman teman yang menyarankan agar aku bercerai saja , namun keputusan itu di tahan sampai anak anak besar nanti. Memang terkadang akupun berfikiran seperti itu, ingin rasanya mengahiri semua penderitaan ini dengan meminta cerai. Namun yang ku khawatirkan keadaan anak - anak, masa depannya nanti. Karena takut akibat perceraian nanti anak anak menjadi korban.
Setiap hari kami di rumah tak pernah bertegur sapa, bahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup pun kami lakukan masing masing. Suami ku pergi pagi dan pulang malam, begitu juga aku, sama  terpaksa sering pulang malam juga dari kantor. 

Hampir semua orang di kantor sudah mengatahui keberadaan rumah tangga- ku ini, namun karena posisi ku sebagai pimpinan , mereka tidak ada yang berani menanyakan hal itu.Tapi yang paling menyakitkan, manakala aku berteman dekat dengan lelaki lain, rasanya mereka seperti mencibir. Apalagi lelaki yang dekat dengan ku itu statusnya sudah berumah tangga.
Akhirnya terpaksa aku menjaga jarak dengan semua orang, baik laki - laki maupun perempuan. Sebab pernah aku berkawan dekat dengan salah seorang teman perempuan di kantor , namun apa yang dituduhkan mereka pada ku ? Mereka menuduh kalau aku ada hubungan intim dengan sesama jenis….oh…lebih menyakitkan lagi tuduhan yang keji itu !!! Akhirnya aku terpaksa menjaga jarak dengan semua orang, hal itu untuk menghindari tuduhan yang bukan bukan dari orang - orang sekitar ku.
Lama kelamaan akhirnya orang tuaku mengetahui juga.  Sehingga berulang kali ibu  menyarankan, agar  segera mengambil satu keputusan yang sangat bijak. Namun rasanya begitu berat untuk mengambil satu sikap, yang kufikirkan tetap adalah anak - anak. Kalau aku tidak memikirkan masa depan anak anak, mungkin dari dulu juga  sudah mengambil satu keputusan bercerai.
Berulang kali ibu dan semua keluarga ku menasihati, agar aku segera mengambil keputusan. Bahkan ibu- ku sudah langsung meminta agar  bercerai saja. Lalu ku pikir  nasihat ibu dan keluarga ku memang benar. Aku harus berani mengambil satu sikap, aku harus berani mengambil langkah demi masa depan serta kebahagiaan yang selama ini memang tidak pernah kurasakan.
Langkah awal aku keluar meninggalkan rumah, lalu mencari kontrakan sendiri. Dan sekarang rasanya  seperti orang yang tidak memiliki apa - apa, hidup sendirian di rumah kontrakan. Sementara anak anak tinggal bersama ayahnya, namun seminggu sekali kami bergantian mengasuh mereka.
Hampir semua orang tidak ada yang percaya dengan kejadian yang menimpa rumah tanggaku selama ini. Apalagi setelah mendengar  pisah ranjang hampir sepuluh tahun, mereka benar benar tidak percaya. Bahkan ibu dan keluargaku mengatakan, kalau aku ini benar- benar seorang perempuan yang sangat bijak. Bisa menutupi kekurangan dalam rumah tangganya sendiri.
     “ Itu sangat luar biasa.” Puji ibu pada saat kami berkumpul. “ Kau memang seorang istri yang benar benar bijak serta bisa menyembunyikan masalah besar yang terjadi dalam rumah tangga. Bukan waktuyang sedikit sepuluh tahun itu. “ katanya.
Aku tak mengomentari omongan ibu, hanya pura - pura tidak mendengar saja. Padahal jauh di lubuk hati yang dalam ini aku menangis,  memprotes atas nasib yang telah kuterima selama ini. Oh….h sungguh sangat menyakitkan. Apalagi kalau ingat, selama sepuluh tahun aku harus hidup sendiri ditengah  - tengah suami dan anak anak ku. Sungguh aku sebenarnya memprotes nasib yang telah kujalani selama ini.
Namun…Ya sudahlah, apalagi yang harus kusesali ? Semuanya memang sudah terjadi dengan begitu saja. Walau terkadang aku tidak mengerti, kenapa kejadian yang menimpa rumah tangga ku harus berahir seperti sekarang ini ? Apakah ini cukup tragis atau wajar wajar saja ?
Yah…Mungkin goresan nasib ku harus seperti ini, walaupun sebenarnya  tidak pernah mengharapkan atau menginginkan kejadian seperti ini sebelumnya. Kebahagiaan yang abadi, keindahan serta gemerlap cahaya cinta yang sebenarnya kuinginkan dalam menjalin rumah tangga dengan suamiku dulu. Namun  apa lacur yang kudapat ? Ternyata hanya pahit serta kegagalan yang kuterima sekarang ini.
Rasanya Tuhan tidak adil. Namun setelah kufahami, aku baru menyadari. Ternyata manusia hanya memiliki harap dan keinginan saja, sementara yang punya kepastian dan segalanya hanyalah Allah semata. Oh….h hidup memang terkadang dirasakan pahit, bahkan tidak sedikit manusia yang berakhir tragis dalam menjalankan kehidupanya. Semuanya ternyata , hanyalah kehendak Yang Maha Kuasa.  
Memang berat kurasakan mengawali hidup yang baru ini, aku harus sendirian setiap hari. Bahkan setiap malam, aku hanya  ditemani bantal guling dan air mata. Ingin rasanya aku mencari tempat hiburan untuk sekedar menghilangkan perasaan sakit dan pahit ini. Namun tempat yang  bisa kujumpai hanyalah diskotik, KP atau tempat hiburan Karaoke.  Sering aku dan kawan kawan di kantor keluar,untuk sekedar hiburan sambil sedikit menegak anggur. 
Namun ternyata, hiburan seperti itu tidak bisa dijadikan sarana untuk menghilangkan segalanya. Bahkan ternyata  hiburan seperti itu, hanya mampu menghilangkan sejenak perasaan yang tengah kurasakan. Lalu setelah itu, semuanya kembali menghantui dan membebani fikiran ku.
Oh….h aku telah salah jalan. Ahirnya  sadar, ternyata aku harus lebih mendekatkan diri pada Sang pencipta,  harus lebih banyak berdoa dan meminta pada Nya. Mungkin dengan jalan itu lah kebahagiaan yang selama ini kuimpikan, kelak akan datang dan menjadi kenyataan.-   

Pengalaman Reni  warga Garut,yang dituturkan kepada Yayat.Ruhiat dari Majalah Muller. Atas permintaannya, kami tidak menulis nama dan alamatnya secara lengkap.
  



0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | Macys Printable Coupons