Rabu, 06 April 2011

WIKILEAKS GELITIK POLITIK INDONESIA

Panggung politik tanah air memang kini tengah diterpa suhu yang menghangat, bahkan cenderung tak henti nya memunculkan isu yang sangat kental nuansa keberpihakan akan suatu golongan. Belum meredanya isu mafia pajak dan goyahnya koalisi di sekretariat gabungan parpol pendukung pemerintah, baru-baru ini situs informasi internasional “wikileaks” sedikit mencemooh posisi pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pasalnya informasi mengenai adanya penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan presiden SBY menjadi headline di harian besar Australia “The Age dan Sidney Morning Herald”.
Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring mengatakan, ada sekitar 3.000 dokumen yang berkaitan dengan Indonesia bocor di situs Wikileaks. Dokumen-dokumen tersebut dikatakan berasal dari Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia. Saat ini, Pemerintah Indonesia tengah mengumpulkan, mempelajari, dan mengklasifikasi dokumen tersebut, mulai dari rahasia hingga tidak rahasia. "Sudah ada tim yang bertugas menangani ini," kata Tifatul baru-baru ini kepada para wartawan di Kantor Presiden, Jakarta,seperti dilansir detik.com.
Tim tersebut di bawah koordinasi Kementerian Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam) yang dipimpin Djoko Suyanto. Tifatul mengatakan, Kemenko Polhukam belum memberikan tenggat waktu kepada tim tersebut.
Pemerintah Indonesia, sambungnya, akan memberikan klarifikasi atas dokumen-dokumen yang bocor jika berisi hal yang tidak akurat. "Kalau propaganda dan sebagainya, kita harus jawab, kan," kata Tifatul.
Disisi lain, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya menanggapi langsung pemberitaan The Age dan Sydney Morning Herald yang memuat dokumen surat kawat Kedubes AS di Jakarta yang dibocorkan WikiLeaks. Dalam kawat itu disebutkan SBY melakukan "menyalahgunakan kekuasaan", yang kemudian jadi headline dua media ini. Dalam pernyataannya, Presiden meminta, jajaran pemerintah tetap konsentrasi penuh menjalankan program.
"Terakhir barangkali sebagian dari saudara mengikuti pemberitaan dua koran Australia menyangkut diri saya dan sejumlah tokoh nasional," kata SBY di Istana Bogor, Senin 14 Maret 2011. "Saya ingin ucapkan terima kasih atas komentar-komentar yang disampaikan oleh Saudara-saudara", sebagimana dikutip viva news.
"Saya bangga tidak perlu kita terus menerus ikut dalam kegaduhan ini. Banyak yang lebih penting soalnya," kata SBY. 
Selanjutnya presiden yang disebut wikileaks sebagi thinking general ini meminta, jangan ada yang reaktif, emosional. "Saya akan menggunakan hak saya untuk mendapatkan keadilan dengan cara-cara yang demokratis. Tentunya nanti akan tahu siapa yang sungguh demokratis dan siapa yang tidak," ujarnya. 
"Siapa yang main tuduh main lapor, main hakim di dalam media massa, di dalam diplomasi, yang sungguh merugikan nama baik seseorang, yang boleh disebut sebagai character assasination. Tapi biarlah akan saya selesaikan dengan baik. Dengan tetap mengutamakan situasi di negeri ini untuk tetap kita menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya dan bisa dipertanggungjawabkan. Percayalah apa yang saya lakukan, akan tetap menjaga integritas tugas sebagai pemimpin negeri ini," lanjut presdien SBY. 
Salah satu bocoran WikiLeaks, yang dihimpun oleh The Age, menuding bahwa tak lama setelah menjadi presiden pada 2004, Yudhoyono turut campur dalam penanganan sebuah kasus yang melibatkan suami mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, Taufiq Kiemas.
Sementara itu, Kedutaan Besar Amerika Serikat merilis pernyataan tertulis atas kontroversi berita bocoran WikiLeaks dari Australia, yang mendiskreditkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan para pejabat Indonesia lainnya. Duta Besar AS, Scot Marciel, juga telah memberi pernyataan kepada pers saat dipanggil Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, untuk klarifikasi atas kontroversi itu. 
Menurut pernyataan Kedubes AS yang diterimaVIVAnews, Jumat, 11 Maret 2011, Deplu AS tidak mengomentari materi apapun, termasuk dokumen berkatagori rahasia, yang "mungkin telah dibocorkan." 
Namun, seperti dinyatakan Menlu Hillary Clinton, AS menyatakan penyesalan mendalam atas pengungkapan semua informasi yang sifatnya rahasia, termasuk pembicaraan pribadi antar mitra bicara atau penilaian atau pengamat pribadi para diplomat. 
"Pengungkapan informasi ini benar-benar sangat tidak bertanggungjawab. Kami melayangkan penyesalan paling mendalam kepada Presiden Yudhoyono dan rakyat Indonesia," demikian tanggapan Kedubes AS.  
Kebijakan luar negeri AS, menurut pernyataan itu, bukanlah berdasarkan laporan-laporan seperti yang disebut di atas, namun di Washington DC. "Kebijakan kami merupakan catatan publik, seperti yang direfleksikan dalam pernyataan dan tindakan kami di penjuru dunia," demikian pernyataan Kedubes AS. 
Pemerintah AS menilai, setiap pengungkapan informasi rahasia oleh WikiLeaks memiliki dampak yang buruk bagi para individu yang disebut dalam laporan yang bersangkutan dan juga mengganggu hubungan antar bangsa. "Berdasarkan potensi atas dampak itu, kami mengecam pengungkapan informasi tanpa izin dan mengambil langkah-langkah untuk mencegahnya terulang kembali," demikian pernyataan itu. 
Kedubes AS juga menegaskan dukungan bagi pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kepemimpinan Presiden Yudhoyono bagi AS sangat vital dalam mendorong kemakmuran, memperluas kemitraan antar rakyat, dan mempererat kerjasama politik dan keamanan. 
Namun demikian, ditempat terpisah pendiri Wikileaks, Julian Assange, mengatakan, ”Sejarah akan menang,” dalam wawancara dari lokasi yang tak diketahui dengan harian The Guardian di Inggris, Jumat (3/12/2010) seperti dikutip detik.com. ”Dunia akan terangkat ke tempat yang lebih baik. Akankah kita selamat? Itu tergantung Anda,” ujar warga Australia yang lama tinggal di Swedia dan kini diduga bersembunyi di suatu tempat di Inggris selatan ini.
***detik/viva/muller***

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | Macys Printable Coupons